Probabilitas atau Kemungkinan
Probabilitas atau Kemungkinan
Sudah menerapkan ProKes 5M masih bisa kena CoViD-19?
Bisa.
Sudah divaksin masih bisa kena CoViD-19?
Bisa.
Lantas buat apa ProKes, buat apa divaksin?
Bukan begitu cara berpikirnya, tidak. Akan tetapi anda harus tahu sedikit tentang konsep "Probabilitas" (kemungkinan). Contoh gampangnya adalah ketika anda melempar dadu maka kemungkinan muncul muka 1 adalah ⅙ sebagaimana kemungkinan muncul muka 6 dan muka-muka lainnya adalah ⅙ juga.
Sampai di sini paham? Nah kalau sudah paham, kita lanjut…
ProKes 5M, dan sekarang 6M, itu adalah "Perlindungan Eksternal". Artinya ia mencegah virus SARS CoV2 masuk ke tubuh anda dengan:
- rajin mencuci tangan,
- ta'at bermasker (double mask, bahkan pakai standar N95),
- menjaga jarak,
- membatasi mobilitas, dan
- menjauhi kerumunan.
Dengan menerapkan ProKes, diharapkan kemungkinan virus CoViD-19 masuk ke tubuh anda itu menjadi kecil. Kata kuncinya "kecil" ya, yang bukan berarti tidak ada sama sekali, tidak. Semakin anda ta'at ProKes, maka tentunya semakin kecil pula kemungkinannya virus masuk ke tubuh anda.
Namun, manusia itu adalah "makhluq sosial", dan anda itu juga bukan hidup sendirian di tengan hutan, sehingga pasti ada interaksi dengan orang lain. Nah di sinilah terjadi "kemungkinan" virus masuk ke tubuh anda. Entah itu karena teman anda OTG, entah itu karena ProKes saat berinteraksi tidak dita'ati dengan baik, atau somehow ada yang namanya "Faktor X" yang kita belum mampu untuk menjelaskannya pada masa ini… maka virus CoViD-19 pun masuk ke tubuh anda.
Nah di sinilah peran vaksin. Vaksin itu adalah "Perlindungan Internal". Cara kerja vaksin itu adalah menimbulkan kekebalan tubuh dengan mengenalkan ciri virus pada sistem kekebalan tubuh, sehingga ketika virus itu benar-benar masuk ke tubuh anda, maka sistem kekebalan tubuh anda bisa memeranginya dengan efektif.
Tapi kenapa ada yang sudah divaksin tapi kok kena juga, malah parah dan fatal?
Ya kembali lagi ke masalah "Probabilitas" tadi. Vaksin itu punya efikasi (gampangnya: efektifitas saat uji coba), dan juga tiap-tiap manusia itu adalah unik. Intinya, vaksin itu efektif untuk sekian persen manusia (tentunya harus di atas 50%), sedangkan selebihnya ya masih mungkin terkena infeksi virus.
Kok gitu?
Ya begitu, penjelasannya rumit dan takkan cukup postingan ini (juga ‘ilmu saya pun terbatas), dan ada banyak hal yang tidak kita ketahui (science saat ini belum sampai tingkatannya ke sana). Tetapi kenyataannya adalah bahwa vaksin itu punya probabilitas mencegah sekian persen, alias tidak 100%.
Jadi ketika anda sudah ta'at ProKes, tetap ada kemungkinan virus masuk ke tubuh anda, namun kemungkinannya kecil. Sedangkan ketika anda sudah vaksin, tetap ada kemungkinan anda terinfeksi dan anda sakit, namun kemungkinannya kecil. Maka ketika anda sudah benar-benar ta'at ProKes dan sudah divaksin, kemungkinan anda kena CoViD-19 itu sebenarnya sangat kecil, tetapi tetap saja ada kemungkinan kenanya walau itu sangat kecil.
Sampai di sini paham?
Lalu bagaimana "menangani" kemungkinan-kemungkinan yang kecil itu?
Well, yang namanya "Faktor X" itu memanagenya ya dengan sabar dan tawakkal kepada Allōh ﷻ, karena ketika kita sudah ProKes 5M dengan ketat. Kita sudah menjaga imun tubuh dengan minum vitamin dan herba. Bahkan sudah divaksin. Lalu masih kena juga, maka ada Faktor X yang kita tidak tahu yang mana itulah yang harus dihadapi dengan sabar dan tawakkal. Ingat, bukankah Baginda Nabī ﷺ memerintahkan untuk ikat dulu unta sebelum masuk Masjid, baru kemudian tawakkal? Artinya, walau untanya sudah diikat sekalipun tetap ada kemungkinan hilang, bukan?
Terakhir, bagi seorang Mu’min, apapun mushibah yang menimpanya, maka itu bisa berarti kaffarot atas dosa-dosanya, atau levelnya sedang Allōh ﷻ naikkan. Bahkan dalam sebuah hadīts disebutkan juga kematian akibat sakit di wilayah dada / perut adalah salah satu jalan untuk kesyahidan di Ākhirot.
Demikian lintasan pemikiran pagi ini.
نسأل الله السلامة والعافية
Sumber FB : Arsyad Syahrial
12 Juli 2021 pukul 06.50 ·