Efek Ungkapan Negatif ?

Efek Ungkapan Negatif?

Efek Ungkapan Negatif ?

Oleh : Rahmat Taufik Tambusai

Jika kita lebih peduli dengan ungkapan negatif, siap - siap kita akan menjadi bagian dari padanya dan kita akan berusaha untuk membalas ungkapan negatif dengan ungkapan negatif pula.

Sebenarnya ungkapan positif itu lebih banyak dan luas dari pada kosa kata negatif, tetapi kita lebih mudah terpengaruh dengan satu ungkapan negatif.

Berapa banyak diantara kita menjadi minder dan patah semangat hanya karena satu ungkapan negatif, seperti engkau tak akan mampu karena engkau bodoh, engkau miskin atau engkau pemalas.

Padahal cuma satu kalimat tetapi mampu menimbulkan daya rusak yang tinggi, sehingga melahirkan keraguan dalam diri serta melayukan potensi diri, karena ungkapan tersebut menusuk hati dan perasaan.

Seharusnya ungkapan negatif itu diubah menjadi energi positif, dengan menjadikannya sebagai alat evaluasi dan mengukur potensi diri, sehingga melahirkan energi positif yang digunakan untuk selalu belajar dan belajar.

Dan jadikan ungkapan negatif sebagai hiburan, merupakan pernak pernik dan warna kehidupan, karena hidup dengan satu warna itu tidak ramai, sehingga kita tidak sakit hati dan patah semangat.

Seribu ungkapan negatif yang ditujukan untuk diri kita, maka seribu amunisi yang dapat kita rubah menjadi energi, sehingga melejitkan potensi diri, minimal melahirkan kedewasaan diri, tidak terbang melayang ketika dipuji dan tidak pula tumbang karena dicaci maki.

Dan jadikan ungkapan negatif yang ditujukan kepada kita seperti gonggongan anjing, sehingga tidak merubah pendirian kita dalam melangkah maju, jika kita sibuk mengurus gonggongan anjing, diusir sekalipun tetap menggonggong dari kejauhan.

Jika kafilah tetap berlalu maka anjing akan diam dengan sendirinya, apabila kesuksesan itu telah tiba, dia akan menjilat minta makan, dan siap jadi anjing penjaga.

Jangan habiskan energi positif kita untuk mengurus ungkapan negatif, karena dapat melukai diri dan merubah energi positif diri kita menjadi energi negatif.

Jika energi positif berubah menjadi energi negatif, maka akan melahirkan penyakit hati seperti iri dengki, hasad hasud, sombong, angkuh dan merasa paling baik.

Agar ungkapan negatif tidak menyeret kita ke dalam jurang kehancuran, maka ingatkan diri kita bahwa kesempurnaan hanya milik Allah, disertai menggali potensi diri, lalu serahkan hasilnya kepada Allah.

Dan jadikan ungkapan negatif sebagai alat pengasah, sehingga menajamkan mata batin kita dalam melihat setiap kendala yang dihadapi, sehingga mudah mendapatkan solusi, bukan lari dan dihindari, sebagaimana pisau akan semakin tajam jika diasah diatas batu yang keras.

Semakin tajam hinaan dan cacian yang diungkapkan maka seharusnya kita semakin tajam menatap masa depan, sebagaimana tajamnya pedang katana membelah kertas lurus tanpa melihat kanan kiri, jika sebaliknya maka tidak akan pernah jadi beraksi.

Cukupkan diri kita dalam menghadapi ungkapan negatif, dengan pikiran jernih dan hati yang bersih, sehingga fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah.

Dan jangan lupa doakan mereka ke jalan yang lurus, agar lisan kita dijauhkan dari ungkapan negatif, karena doa fi zhohril ghaib diaminkan dan didoakan malaikat, bukankah doa malaikat itu mustajab ?

Berat, iya berat mendoakannya, tetapi setidaknya kullu syain bi angsurin setiap sesuatu itu diangsur - angsur.

Dalu - dalu, Kamis 14 Agustus 2025

Sumber FB Ustadz : Abee Syareefa

Previous Post