Cara Mengajarkan Anak Berpikir Kritis dan Logis Sejak Usia 3 Tahun

Cara Mengajarkan Anak Berpikir Kritis dan Logis Sejak Usia 3 Tahun

Cara Mengajarkan Anak Berpikir Kritis dan Logis Sejak Usia 3 Tahun

Usia 3 tahun adalah masa emas bagi anak untuk mulai belajar berpikir kritis dan logis. Mereka sedang berada di fase penuh rasa ingin tahu, selalu bertanya, dan suka mencoba hal-hal baru. Tugas orang tua bukan memberi jawaban instan, melainkan membimbing mereka agar terbiasa berpikir. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan, lengkap dengan pandangan para ahli.

1. Biasakan Anak Bertanya

Ketika anak melontarkan pertanyaan, jangan langsung memberi jawaban. Coba balik bertanya, “Kalau menurut kamu kenapa?” Cara ini mengajarkan anak berpikir dulu sebelum menerima informasi. Menurut Jean Piaget, pada usia preoperational (2–7 tahun), rasa ingin tahu anak sangat tinggi, sehingga penting bagi orang tua untuk memberi ruang agar mereka berpendapat.

2. Belajar Lewat Permainan

Permainan sederhana seperti puzzle, balok susun, atau mencocokkan bentuk bisa jadi sarana belajar logika. Anak belajar sebab-akibat sekaligus pemecahan masalah. Maria Montessori menyebut bermain sebagai “pekerjaan anak” yang membentuk dasar berpikir kritis sekaligus kemandirian.

3. Dongeng Bukan Sekadar Cerita

Mendongeng tidak berhenti pada kisah saja, tapi bisa menjadi bahan diskusi. Setelah cerita Kura-kura dan Kelinci, tanyakan “Kenapa kura-kura bisa menang?” atau “Kalau kamu jadi kelinci, apa yang akan kamu lakukan?” Lev Vygotsky menekankan bahwa interaksi seperti ini membantu anak belajar menalar dan memahami hubungan sebab-akibat.

4. Ajari Anak Membuat Pilihan

Berikan anak pilihan sederhana, misalnya “Mau minum jus atau susu?” lalu minta alasannya. Kebiasaan ini melatih mereka mengambil keputusan berdasarkan logika. Dr. Laura Markham menegaskan bahwa memberi pilihan membantu anak belajar mempertimbangkan, bukan sekadar ikut-ikutan.

5. Gunakan Pertanyaan Imajinasi

Pertanyaan ajaib seperti “Kalau hujan turunnya ke atas, apa yang terjadi?” membuat anak berimajinasi sekaligus melatih logika. Menurut Sir Ken Robinson, imajinasi dan logika saling melengkapi, dan pertanyaan terbuka membuat anak terbiasa berpikir fleksibel.

6. Latihan Mengurutkan dan Mengelompokkan

Mengurutkan mainan dari besar ke kecil atau mengelompokkan lego sesuai warna membantu anak memahami pola. Aktivitas sederhana ini menjadi dasar kemampuan logis dan matematis. Dr. Kathy Richardson menekankan bahwa pola dan pengelompokan adalah fondasi penting pemahaman angka.

7. Biarkan Anak Salah

Kesalahan bukan sesuatu yang harus dihindari. Biarkan anak mencoba, gagal, lalu belajar mencari solusi. Jangan langsung membetulkan, tapi beri petunjuk kecil. Carol Dweck dari Stanford University menyebut bahwa anak yang terbiasa menghadapi kesalahan akan memiliki growth mindset—percaya bahwa kemampuan bisa berkembang lewat usaha.

Penutup

Melatih anak berpikir kritis dan logis sejak usia dini bukan berarti memaksa mereka berpikir seperti orang dewasa.

Caranya justru sederhana: memberi ruang untuk bertanya, bermain, bercerita, memilih, berimajinasi, menyusun pola, hingga berani salah. Dengan pendampingan yang sabar, anak akan tumbuh lebih percaya diri, logis, dan mampu menghadapi tantangan dengan cara yang sehat. 

#guru #guruindonesia #pendidikan #newstoday #trendingpost 

Sumber FB : Riama Pangaribuan

Next Post Previous Post