Masa Depan Kalian
*Masa depan kalian
Waktu sy kuliah dulu, 20 tahun lebih lalu, sy mendengarkan anekdot. Sy tulis ulang versi singkatnya.
Seorang lulusan Harvard dengan bangga pulang dari tempat wisuda, lengkap dengan toga dan ijasah. Dia naik taksi. Di perjalanan, sopir taksi nanya, 'Dik, habis wisuda ya?' Lulusan itu mengangguk, 'Iya, Pak. Sy lulusan Harvard.' Jawabnya dengan bangga. 'Wah selamat ya.' Timpal sopir. Lulusan tersenyum lebar, lantas dia basa-basi nanya, 'Bapak dulu pernah kuliah?' Sopir ikut mengangguk, 'Iya, sy dulu juga lulusan Harvard.' Sarjana baru itu terdiam.
Kabar baiknya, 20 tahun lalu, saat sy lulus kuliah, sarjana baru itu relatif tdk susah nyari pekerjaan. Belum lulus pun berebut yg mau rekrut akuntan lulusan FEUI (kampus sy dulu). Jadi tinggal cap cip cup, mau yg mana. Bahkan bisa pindah2 pekerjaan tiap enam bulan.
Kenapa mudah cari pekerjaan? Namanya juga 20 tahun lalu, lulusan sarjana masih terbatas di Indonesia. Kampus2 juga menerima mahasiswa terbatas, dulu, kamu mau kuliah wajib lulus UMPTN, jalurnya cuma 2 sama jalur prestasi PMDK. Tidak kayak zaman sekarang, ada jalur mandiri, jalur ordal, jalur suap.
Hari ini, kampus2 berebut menerima mahasiswa sebanyak mungkin. Mau kampus negeri, mau kampus swasta, dus, lulusan sarjana banjir. Sementara lowongan pekerjaan itu-itu saja. Karena memang perekonomian kita itu 20 tahun terakhir B saja. Kecuali jika tumbuh di atas 7%. Maka, hari ini, ada 800.000 lebih sarjana nganggur. Crazy.
Kasihan lihatnya. Anak muda, yang telah mengirim puluhan surat lamaran, mengikuti test dimana2, berkali kali, berkali kali, berkali kali, tetap belum menemukan pekerjaan. Kalaupun akhirnya bekerja, terpaksa saja, daripada nganggur. Terima apa adanya. Anak muda yg madesu....
Baiklah, sy tidak akan berpanjang lebar membahas detailnya, nanti kalian tambah sedih, karena sarjana menganggur ini ada di mana2. Belum lagi lulusan SMA menganggur. Di negeri ini 7 juta lebih penduduknya nganggur.
Sy ingin membahas sesuatu yang lebih penting. Apa itu? Pola pikir. Here we go, mari kita renungkan hal2 berikut:
1. Adik2 sekalian, sekolah atau kuliah itu bukan akhir dari perjuangan.
Kalian rebutan masuk sekolah2 bagus, kampus2 bagus, ada yg sampai bikin surat palsu, nyuap, dll, maka ketahuilah, sekolah/kampus itu bukan tujuan akhir. Wah keliru fatal jika kalian merasa kuliah di Harvard menjamin masa depan. Nooo. Karena sungguh, sekolah/kuliah itu memang bukuan akhir dari pejuangan. Sama kayak nikah, wah kata siapa nikah itu adalah akhir sebuah hubungan? Itu tuh bahkan baru dimulai. Syukur2 kalian dapat sekolah/kampus bagus, alhamdulillah, tapi itu bukan kunci segala kunci. Pun yg sekolahnya jelek, selow saja.
2. Sekolah/kampus itu tempat menyerap banyak hal
Kalian sekolah/kuliah biar dapat ijasah? Aduh. Ini sih pola pikir bahuela. Kalian sekolah/kuliah agar dapat nilai bagus? Nooo! Kita sekolah/kuliah itu untuk menyerap banyak hal. Belajar banyak hal. Baik itu pelajaran formalnya, maupun kegiatan2 ekskul, berorganisasi, dll. Mata kuliah itu bukan cuma sekadar dengerin dosen, ngerjain tugas, ujian, selesai. Sekolah itu bukan cuma datang pagi, pulang sore. Masa' 16 tahun total sekolah/kuliah cuma gitu2 saja. Nah, kabar baiknya, jika kalian benar2 komit pengin belajar sebaik2nya di sekolah, maka nilai kalian biasanya otomatis akan keren. Jadi jangan terbalik, ini malah hanya fokus ke nilai, ijasah. Saat kuliah itu, bahkan kalian bisa punya teman mendaki gunung, lewati lembah, sungai mengalir indah ke samudera. Lah, kok lucu, kuliah 4 tahun cuma di kampus tok.
3. Pekerjaan di dunia ini buanyak sekali jenisnya.
Ayolah, sejak kalian sekolah/kuliah berhentilah pola pikir: sy mau jadi pegawai. ASN, PNS, karyawan BUMN, pegawai perusahaan multinasional. Itu tuh pola pikir kuno. Lantas apa yg ada di kepala kita? Setelah lulus sy ingin melakukan sesuatu yg keren, bermanfaat bagi banyak orang, menginspirasi syukur2, daaan duitnya banyaaak. Seru kan? Tapi jadi apa dong? Pikirkanlah saat kalian masih sekolah/kuliah tsb. Mau jadi apa besok, pikirkan? Serap pengetahuan darimana pun, ketemu banyak orang yg mungkin bisa membuka wawasanmu, nanti akan ketemu sendiri. Kalau nggak ketemu? Karena kamu masih fokus saja ke nilai, ijasah, lulus.
4. Terakhir, kongkrit.
Sudahlah nganggur, eh hari demi hari hanya diisi main HP, main gadget, main medsos, nonton, hal2 yg entah apa manfaatnya? Santai sekali hidupnya, seolah dia punya bapak atau mertua kayak tukang meubel, dan dia bisa dapat jatah jadi calon walikota, cawapres, calon gubernur. Kita itu hidupnya tidak seberuntung itu. 99,999999% kita itu harus berjuang. Jadi, ayo kongkrit. Pikirkan sesuatu, lantas kerjakan. Produktif gitu loh. Memangnya masa depanmu akan datang sendiri saat kamu cuma rebahan scroll scroll, klik klik. Sambil sibuk nyinyirin siapalah.
Nah, jika kalian sejak sekolah/kuliah sdh punya pola pikir begini, terus berusaha kongkrit produktif, kalian insya Allah tdk akan menambah daftar pengangguran. Pun saat kalian kerja di bidang yg dilihat orang lain tdk keren, kalian tetap bisa menjadi terbaik di sana. Karena pola pikir kalian sdh oke.
Jangan terbalik sekali melihat dunia ini. Kamu kira jadi komisaris BUMN itu keren? Belum tentu. Sebagian besar orang2 ini menunduk2, terbirit2 saat bertemu politisi, apa kerennya. Sebagian besar orang2 ini tidak ada kompetensinya, cuma jalur ordal. Mending cukup jadi nelayan (misalnya), tapi hidup merdeka saat melaut, karena itulah pilihan hidup kita. Karena sejak kuliah kita sdh memikirkannya. Sy pengen jadi nelayan keren biar kayak One Piece. Boleh2 saja, sah2 saja.
Pola pikir terbaik akan membuat kalian memahami hakikat kehidupan. Bukan malah dibutakan oleh ukuran2 dunia yg menipu.
*Tere Liye, penulis novel 'OMON-OMON'
Realitas Pahit! Sarjana yang Nganggur Banyak Banget
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip Jumat (24/1/2025), pada 2014 tercatat ada 495.143 penganggur dari kategori lulusan universitas.
detikFinance
Sumber FB : Tere Liye