Gen Z di Dunia Kerja: Harapan, Realita, dan Pelajaran untuk Kita Semua

Gen Z di Dunia Kerja

Gen Z di Dunia Kerja: Harapan, Realita, dan Pelajaran untuk Kita Semua

—-

Baru-baru ini, ada survei dari Intelligent, sebuah platform konsultasi pendidikan dan karier, yang menunjukkan bahwa 6 dari 10 perusahaan memecat karyawan Gen Z yang baru mereka rekrut tahun ini. Atas dasar apa?

Perusahaan menilai Gen Z punya banyak kekurangan, mulai dari kurang motivasi, kurang profesionalisme, sampai keterampilan komunikasi yang dianggap masih lemah.

Melihat data itu, jujur saja aku kaget. Di mataku, generasi ini kan tumbuh dengan teknologi yang canggih dan akses informasi tanpa batas. Mengapa banyak perusahaan malah “membuang” mereka?

Setelah beberapa kali ngobrol langsung dengan beberapa karyawan Gen Z dan para HRD, aku mulai paham kenapa ini bisa terjadi.

Salah satunya adalah, sebut saja Dika (bukan nama sebenarnya), seorang karyawan Gen Z di divisi kreatif sebuah perusahaan. Dia itu jenius! Desain yang dia bikin selalu bikin kagum. Tapi begitu diminta presentasi di depan klien, Dika jadi gugup banget. Suaranya pelan, nggak fokus, dan bahkan lupa untuk menyapa klien di awal.

Lain lagi cerita Rani (nama samaran). Dia lulusan universitas ternama, punya gelar komunikasi yang keren banget. Tapi setelah dua bulan kerja, dia bilang, “Aku nggak ngerasa pekerjaan ini bikin aku berkembang.” Akhirnya, dia memutuskan resign. Padahal pekerjaan itu penting banget buat workflow timnya.

Gen Z juga sering dibilang gampang menyerah. Kalau target nggak tercapai atau tugas terlalu monoton, mereka gampang bilang, “Kayaknya aku nggak cocok di sini.” Dan pindah kerja jadi solusi mereka.

Kenapa Fenomena Ini Terjadi?

Biar lebih paham, kita lihat dulu dari sudut pandang mereka.

Gen Z hidup di era di mana semua bisa didapatkan dengan cepat, serba instan—pesan makanan lewat aplikasi, belajar lewat YouTube, bahkan cari jawaban tugas tinggal Googling. Jadi, mereka selalu berharap dunia kerja juga bisa memberi hasil instan. Kalau prosesnya panjang atau terlihat nggak langsung berdampak, mereka bisa cepat bosan. Jangan heran bila ada yang menjuluki mereka generasi instan.

Sekarang tentang sukses. Bagi generasi sebelumnya, sukses itu gaji besar dan posisi tinggi. Nah, Gen Z punya cara pandang yang berbeda. Mereka lebih peduli pada makna pekerjaan, fleksibilitas waktu, dan kesempatan mengejar passion di luar pekerjaan. Kalau perusahaan tak mampu memenuhi itu, mereka cenderung kehilangan semangat.

Walaupun jago teknologi, banyak Gen Z yang kurang terlatih dalam soft skills seperti komunikasi tatap muka, manajemen waktu, dan etika profesional. Ini karena sekolah atau kampus biasanya hanya fokus di aspek akademik dan teknologi, tapi kurang menyiapkan mereka untuk dunia kerja.

Sebagai orang tua, teman, atau mungkin kolega mereka, kita semua punya peran untuk membantu Gen Z lebih siap menghadapi dunia kerja. Apa yang bisa kita lakukan, setidaknya bisa kita mulai dari lingkungan terdekat?

Jangan cuma fokus ke nilai akademik. Ajarkan dan bekali mereka soft skills, misalnya cara berbicara di depan umum, cara menghadapi konflik, dan pentingnya kerja keras dalam tim.

Generasi ini butuh mentor, bukan sekadar bos. Jadilah pendamping yang memberi masukan, bukan hanya kritik. Jadilah pendukung dan pemandu.

Gen Z sangat menghargai work-life balance. Kalau memungkinkan, berikan fleksibilitas seperti jam kerja hybrid atau kesempatan untuk kerja dari rumah. Jadi, menciptakan lingkungan kerja yang fleksibel adalah kunci.

Jangan lupa, Gen Z itu kreatif banget. Libatkan mereka dalam diskusi dan proyek yang penting. Mereka akan merasa lebih dihargai dan termotivasi. Menghargai ide dan kreativitas mereka adalah pintu yang akan membuka gerbang masa depan mereka lebih baik lagi.

Di balik semua tantangan tadi, aku percaya Gen Z punya potensi yang luar biasa. Mereka kreatif, cepat beradaptasi, dan jago teknologi. Kalau kita bisa memahami mereka dan membantu menjembatani kesenjangan yang ada, mereka bisa jadi generasi yang membawa perubahan besar di dunia kerja.

Jadi, bagaimana pendapat kalian? Apakah kalian sudah pernah berhadapan langsung dengan karyawan Gen Z? Atau kalian sendiri Gen Z yang punya cerita menarik di tempat kerja? 

—- 

Sumber FB : Wicaksono Wicaksono

Next Post Previous Post